Label

Minggu, 25 Februari 2018

Aku seorang ibu..



Aku telah mengandung anakku..
Anakku pernah tidur di atas dadaku..
Aku telah mencium kaki-kaki kecilnya, dan menghapus airmatanya..
Aku pernah dimuntahi, dikencingi..
Dan aku pernah tidak tidur semalaman menggendongnya...
Tetapi aku tidak akan menukarnya dengan apa pun..
Tubuhku tidak sempurna seperti model-model di majalah...
Tetapi ketika aku bercermin, aku melihat seorang ibu..
Dan tidak ada yang bisa menandingi kehormatan, cinta dan berkah ini..

Senin, 19 Februari 2018

jadi guru itu (enggak) enak

yakk.. setelah tahun lalu aku ikutan diklat PLPG yang berakhir manis (aku luluuss !!) maka statusku sebagai guru (katanya) jadi naik. sekarang jadi guru profesional (katanya sih) wkwkkwww...

well, hidup terus berjalan setelah aku kembali dari diklat. bertemu keluarga, kembali mengajar dan melakukan aktifitas yang seperti biasanya. i'm back to my life again. gak ada lagi mimisan itu, hehehhee.. setelah melewatkan masa Natal yang rempongnya ampun-ampun, di tahun baru kemaren aku mendapat hadiah manis, berupa pengumuman kelulusan itu.. awal yang manis dan baik untuk tahun ini. semoga perjalanan berikutnya juga lancar yakkk..

satu yang paling berkesan adalah saat jadi wali kelas. mengurus 39 orang anak dalam satu kelas, dengan semua rupa karakter dan sifat. menjadi emak-emak cerewet untuk mereka, sekaligus emak singa yang siap melindungi mereka dari berbagai bahaya. dan jadilah aku bolak-balik ruang BP buat ngurusin itu bocah-bocah..

kasus pertama di awal tahun, ya itu si babang ganteng yang hobi lompat tembok. wah bakal atlit lompat tinggi nih yaa.. kalo dia lagi rajin ya dia masuk kelas, kalo dia ogah ya dia lompatin itu tembok dan bolos. duh gak terkira lah lelah dan capeknya ngurusin dia, kesana-sini menghadapi komplen beberapa orang guru yang sudah gerah dengan kelakuannya. sebenarnya kasihan sih, liat dia itu nanti bakal putus sekolahnya, tapi mau digimanain lagi ya, lah dianya udah dibantuin dari semester kemaren aja, dia gak mau berubah. janji berubah hanya sampai di mulut doang. paginya janji, eh siangnya udah bolos lagi. bosaaaan ah.. dengan modal  3 surat perjanjian (dan salah satunya bermaterai) akhirnya dengan hati sedih aku melepaskannya pergi.. padahal ibu kandungnya sudah nangis-nangis minta dikasih kesempatan satu kali lagi. tapi ya emang gimana, udah peraturannya kan ya gak bisa dibuat apa-apa lagi..

next, kasus cewek-cewek kece yang ngakunya ke sekolah tapi malah main ke rumah orang.. aduhaaiii ini dua orang anak gadis, ngeliatnya minta ampun deh. kemeja seragamnya aja dikecilin, dibuat sempit, belom lagi pake lipstik.. ampuuuun deh.. awalnya sih gak ngaku kalo mereka bolos. tapi setelah dikonfrontasi dengan saksi mata, mereka gak bisa mengelak lagi. disuruhlah mereka menjemput orangtuanya ke rumah. 30 menit kemudian ibu mereka datang. pas dikasih tau kalo anaknya bolos, kagetlah para emak itu, karena si gadis ini dari rumah pamitnya mau sekolah. bahkan ada yang sampe dipukulin sama emaknya. ampun deh..

belom lagi ada kasus abang kece yang kecewa sama emaknya. entahlah ortunya itu hatinya terbuat dari apa, sungguh tega menelantarkan anaknya, ditinggal dengan neneknya tanpa dibiayai. si anak ini merasa dibuang, tidak diharapkan, dan gak mau melanjutkan hidupnya. duh kalo ketemu itu emak dan bapak, bakal aku kasih kuliah 4 sks kali yaa..

selesai itu, tiba-tiba saja bergantian anak-anak ini jatuh sakit. dan 11 orang siswa sakit dalam waktu yang bersamaan. dan ini beneran sakit. bahkan sampai ada yang dirawat, pakai oksigen segala.

itu masih sebagian kecil kasus yang masih terekam jelas di benakku. banyak dan banyak lagiiii..

lelah.. tapi inilah jalanku. menjadi guru itu (enggak) enak. orang-orang melihat, sepertinya keren sekali. dapat tunjangan profesi (yang walo pun aku belom menerima apa pun). mereka pikir kami guru ini kerjanya enak banget. duh.. kerja berhadapan dengan manusia itu berbeda dengan kerja yang berhadapan dengan kertas.

ada siswa bermasalah, kami gak bisa melakukan tindakan tegas. dikit-dikit komnas HAM dan KPAI langsung menindak kami. dikit-dikit polisi datang menangkap kami. tapi giliran kami diam, eh malah kami bisa mati di tangan siswa (kayak pak guru Budi yang madura itu)..

belom lagi orang kantor yang suka nyinyirin jam kerja kami. duh Gusti, kami diharuskan masuk kerja 6 hari dalam seminggu, sementara orang kantor itu kerjanya 5 hari dalam seminggu. lelahnya luar biasa.

tapi balik dan balik lagi, ini jalan yang dipercayakan padaku, dan aku memilih untuk menjalaninya dengan ikhlas. karena aku tau, Dia pasti memampukan aku untuk mengerjakannya.

jadi, kalo kamu-kamu bercita-cita ingin jadi guru, sebaiknya pikir-pikir lagi deh, sampe mateng itu dipikirin yakkk.. biar gak mundur di tengah jalan..